Waspada, Ini Ancaman Siber Mengerikan di 2019
Pada tahun 2019 diperkirakan serangan siber akan lebih dahsyat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pola dan teknik yang digunakan peretas untuk merusak data yang dapat diperoleh informasi juga semakin beragam, DDoS tetap menjadi ancaman paling serius. Dengan demikian, menghindari kerugian dari serangan siber pada tahun 2019 juga menjadi lebih besar.
Serangan siber diperkirakan akan terjadi pada tahun ini. Diperkirakan intensitas penyerangan terhadap sistem keamanan biometrik akan terus meningkat. Hal ini karena semakin populer penggunaannya biometrik. Otentikasi ini mendukung tingkat keamanan yang kuat. Namun, pada saat menantang harus disetujui.
Peluang inilah yang digunakan penjahat siber untuk dimanfaatkan informasi sensitif. Mereka tidak hanya mengambil keuntungan dari kelemahan yang diambil biometrik yang ditemukan, tetapi juga dari pengumpulan dan penyimpanan data.
Kebocoran data biometrik juga dapat berbahaya bagi kedaulatan bangsa. Misal data biometrik e-KTP. Jika data biometrik e-KTP bocor, data ini dapat digunakan pihak lain atau pihak tidak bertanggung jawab untuk mengindentifikasi pribadi berdasarkan data biometrik yang diperoleh.
Perlu diperhatikan pula pembukaan antarmuka pemrograman aplikasi (API) yang dilakukan oleh perusahaan dan perbankan. Pembukaan API secara luas dapat memudahkan terbukanya informasi sensitif perusahaan. Selain itu, penjahat siber dapat memanfaatkannya untuk mendapatkan data dan informasi pengenal pribadi. Masalah keuangan ini dapat merugikan perusahaan finansial dan anjloknya.
Paling populer di tahun 2018 adalah masalah keamanan yang menimpa Facebook. Peretas melakukan permintaan sistem API Facebook , yang memungkinkan aplikasi berkomunikasi dengan platform untuk mendapatkan lebih banyak informasi pengguna. Mengembalikan berhasil mencapai 50 juta akun penggunanya. Hal Penyanyi mengakibatkan anjloknya sepengendali Facebook .
Bukan tidak mungkin pada tahun 2019, kejadian serupa akan terjadi kembali pada perusahaan-perusahaan besar yang berbeda. Artinya, faktor keamanan siber sudah dominan mempengaruhi pada praktik ekonomi saat ini.
Kemungkinan yang tidak kalah menarik pada tahun 2019 adalah operandi skimming ATM dengan teknik yang lebih canggih. Jika biasanya penjahat menggunakan perangkat skimming untuk mendapatkan informasi kartu dan kode sandi, kini penjahat siber menggunakan teknik skimming baru untuk mendapatkan uang yang lebih besar.
Pelaku mananamkan malware ke dalam sistem komputer secara hati-hati. Keuntungan dari jenis skimming malware ini adalah ia dapat berbaur dengan sistem yang dapat dibeli. Setelah berhasil menginstal ATM para penjahat kemudian memiliki kontrol penuh ATM tersebut. Pelaku dapat dengan mudah menarik semua dana di ATM atau mengambil data dari yang digunakan di ATM, termasuk nomor rekening dan kode PIN investasi.
Terakhir, peretasan pada sistem game online , penjahat siber berharap bisa mendapatkan data informasi pemain pribadi, kartu kredit, token, senjata dan lain sebagainya yang dapat dinilaikan dengan uang. Pada 2016 contohnya ada 1,6 juta akun game Clash og Kings yang diambil oleh peretas.
* Ketua Pusat Penelitian Keamanan Sistem Informasi & Komunikasi (CISSReC)
Sumber: Republika