Mengambil Berkah Pokemon Go

img

Kontroversi Pokemon Go masih berlanjut. Pro-kontranya banyak menghiasi pemberitaan dan media sosial beberapa pekan terakhir. Ada pihak yang menuduh Pokemon Go adalah hasil rekayasa intelijen asing yang mengumpulkan data untuk spionase.

Sebenarnya, apa yang membuat gim besutan John Hanke ini begitu menyihir publik? Pokemon Go adalah gim anyar besutan Nintendo dan Niantic yang memanfaatkan teknologi augmented reality (AR). Teknologi AR ini menggabungkan benda dua atau tiga dimensi dalam lingkungan nyata lewat alat tertentu. Dalam gim Pokemon Go, AR ini memanfaatkan kamera.

Pokemon yang semasa tayang mengundang kontroversi karena dituduh menggunakan beberapa simbol setan ini punya brand kuat, tak hanya di Indonesia, tapi juga dunia. Tak ayal saat Nintendo yang sedang berjuang bertahan di industri gim ini menggarap gim Pokemon Go bersama Niantic, banyak pihak yang mulai berpikir positif terhadap perusahaan gim asal Jepang ini.

Niantic, perusahaan yang dibesut John Hanke ini, bukan pemain baru. Sebelumnya. mereka sukses dengan gim Ingress yang juga mengakomodasi teknologi AR dalam permainannya. Bahkan, database Pokemon Go bisa dibilang mengambil dari gim Ingress.

John Hanke dikenal sebagai salah satu penggarap Google Maps. Itu jugalah yang membuat Pokemon Go ini menggunakan Google Maps untuk mapping pemainnya. Ide baru berburu pokemon ini membuat para pemain harus bergerak. Bahkan, untuk menetaskan telur pokemon, para pemain harus berjalan beberapa kilometer sehingga banyak pihak melihat gim ini revolusioner.

Namun, tak sedikit kekhawatiran muncul, terutama dari pemerintah. Mulai muncul imbauan memblokir dan melarang Pokemon Go, dengan berbagai alasan. Bila keinginan memblokir Pokemon Go itu didasarkan pada UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan Peraturan Menteri No 19 Tahun 2014, gim Pokemon Go ini jelas bebas. Karena di dalamnya tak terkandung pornografi, SARA, terorisme, ataupun ajakan tindakan kriminal.

Ketimbang Pokemon Go, masih banyak gim bernuansa kekerasaan beredar di Indonesia, contoh Grand Theft Auto. Di gim ini ada praktik pembunuhan dan pencurian untuk menambah poin. Ini berbeda dengan Pokemon Go yang hanya berlomba menangkap pokemon dan memburu pokemon langka.

Pokemon Go ini basisnya Google Maps. Dan di Indonesia, Google mendapat lampu hijau pemerintah. Kekhawatiran beberapa pihak terutama karena Pokemon Go menandai titik lokasi strategis sebagai Pokestop dan Gym. Muncul anggapan Pokemon Go bisa memetakan lokasi strategis, yang bisa membahayakan negara. Data gim dikirim ke server pengembangnya, bukan pihak mencurigakan.

Menurut hasil riset tim Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) - lembaga riset nonprofit di bidang keamanan siber dan komunikasi - pertama kali memainkan Pokemon Go, aplikasi akan diarahkan ke https://stats.unity3d.com yang merupakan mesin gim pokemon, posisi server berada di California.

Lalu dilanjutkan ke https://appload. ingest.crittercism.com, juga di California. Crittercism adalah mobile application performance management (APM) yang dipakai Pokemon Go. Saat gim dimainkan, data akan dikirimkan ke https://pgorelease.nianticlabs.com.

Bila dilihat dari permission, aplikasi Pokemon Go tak meminta run at startup, tempat kebanyakan malware pasti berusaha untuk run at startup. Untuk pokemon trainer club otentikasi dikirimkan ke https://sso.pokemon.com/sso/.

Ketakutan di masyarakat, salah satunya adalah foto lokasi kita menangkap pokemon dikirimkan juga ke server Pokemon Go. Hal ini jelas berlebihan. Dari riset CISSReC, besar data yang dikirimkan ke server Niantic tidak lebih dari 50 kb. File data sebesar ini tidak cukup untuk file foto dengan kualitas bagus.

Masyarakat bisa membuktikan menggunakan aplikasi monitoring bandwidth, seperti My Data Manager. Kita capture foto di suatu tempat, lalu dikirimkan via e-mail ke salah satu kontak yang ada. Dibandingkan data saat kita menangkap pokemon dengan latar belakang foto di tempat sama. Perbandingan besar data yang dikirimkan sangat jauh sekali, walau pakai kompresi sekalipun.
 
Sebagai perbandingan sekali mengcapture foto di layar Full HD, file foto yang dihasilkan bisa berkisar 3 mb. Jauh dibandingkan data yang terkirim setiap kali kita menangkap pokemon, tidak lebih dari 50 kb.
 
Pokemon Go awalnya dirilis resmi di tiga negara, yaitu AS, Australia, dan Selandia Baru. Baru saja 27 negara Eropa dan Jepang mendapatkan rilis resminya. Di luar negara itu, Pokemon Go sudah banyak dipakai termasuk Indonesia, terutama lewat android dengan menginstal APK (Android Package Kit) di luar Google Play Store. File APK untuk menginstal aplikasi ataupun gim di android.

Patut diwaspadai juga kemungkinan pihak tidak bertanggung jawab menempelkan malware dan virus pada file APK Pokemon Go di luar Play Store. Korban hal ini cukup banyak. Terutama karena banyak orang tidak sabar menunggu versi resminya.

Karena belum resmi dirilis di Tanah Air, pengguna harus hati-hati. Pertama, pilih APK dari laman terpercaya. Kalau masih ragu, bergabung di komunitas Pokemon Go, biasanya ada file APK yang aman untuk diinstal.

Namun, jika benar-benar ragu dan tidak tahu mana file aman, lebih baik menunggu rilis resmi Pokemon Go. Jangan sampai karena salah pilih file APK, malah jadi korban malware.

Bagi institusi atau pihak yang merasa khawatir gim pokemon bisa melanggar privasi atau wilayah keamanan sensitif, bisa membuat aturan khusus tersendiri. Misalnya, imbauan tertulis di depan area lokasi untuk tidak bermain Pokemon Go di dalam area tersebut, misal wilayah militer tertutup.

Perhatian pemerintah dalam bentuk imbauan dan larangan patut kita apresiasi. Namun, yang perlu dicatat adalah bukan karena faktor keamanan. Sejauh penelitian CISSReC, tidak ditemui usaha mengarahkan dan mengambil data tertentu yang penting. Kita mengapresiasi imbauan dan larangan yang membatasi permainan Pokemon Go di lokasi dan jam kerja pegawai negeri sipil.

Lebih jauh pemerintah perlu mengambil momentum ini. Pertama, untuk membangkitkan gairah start up di Tanah Air, terutama lewat teknologi AR. Nantinya, bisa lahir aplikasi dan gim berbasis AR yang ramah pemakai lokal.

Kedua, pemerintah bisa mendorong tempat wisata untuk ditandai sebagai Poke Stop ataupun Gym. Hal ini akan mendorong orang untuk meramaikan objek wisata. Misalnya, museum yang jarang dikunjungi orang tentu akan berubah drastis dengan adanya Poke Stop dan Gym yang menarik para pengunjung.

Ketiga, dengan antusias yang begitu besar di Tanah Air walau belum ada rilis resmi, pemerintah nantinya bisa meminta Nintendo ataupun Niantic untuk membangun server gim di Indonesia. Jelas ini akan menjadi pemasukan baru bagi negara. Selanjutnya, kita tunggu aksi pemerintah mengubah resah menjadi berkah.

*kolom opini koran Republika, 23 Juli 2016

Penulis: Pratama Persadha