Twitter dan WA Politikus Diretas, Pakar: Matikan Layanan Pihak Ketiga

Masa kampanye Pilpres tinggal beberapa hari lagi. Banyak dinamika terjadi saban hari mendekati pencoblosan, salah satunya yang hangat belakangan ini yakni peretasan akun Twitter dan WhatsApp sejumlah pesohor politikus Tanah Air.
Beberapa akun politikus Partai Demokrat menjadi korban peretasan, malah ada akun yang kemudian memosting foto dan gambar syur.
Atas insiden peretasan ini, Chairman Communication Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha menekankan pentingnya langkah keamanan, apabila akun diretas.
“Langkah yang dilakukan sama seperti di Facebook, lakukan otentikasi dua langkah, lalu matikan layanan pihak ketiga seperti game dan aplikasi. Semakin populer, artinya semakin besar kemungkinan menjadi target peretasan oleh siapapun,” jelas pria asal Cepu, Jawa Tengah ini dalam keterangan tertulisnya, Kamis 4 April 2019.
Pratama menjelaskan, bila jelas akun yang dimaksud milik politikus atau selebritis yang dikenal luas oleh publik, seharusnya platform seperti Twitter maupun WhatsApp bisa mengembalikan ke pemiliknya.
Soal pengambilalihan akun WhatsApp, menurut Pratama, praktik ini sangat mungkin terjadi dengan kondisi keamanan siber Indonesia yang masih rentan. Kloning nomor WhatsApp berawal dari kloning kartu SIM.
“Untuk mengamankan WhatsApp sama seperti media sosial, aktifkan otentikasi dua langkah di-setting keamanan. Jadi, secara berkala WhatsApp akan meminta beberapa digit nomor untuk masuk ke aplikasi. Paling penting bila dikloning, langsung lapor provider, karena nomor kita telah terdaftar dengan NIK dan KK, jadi bisa langsung dimatikan dan WhatsApp diambil alih,” jelasnya.
Menurut Pratama, hal yang patut diwaspadai, yakni saat WhatsApp diambilalih orang, lalu orang tersebut segera mengganti nomor WhatsApp tersebut. Dalam kondisi ini, artinya pengguna kehilangan sama sekali akses ke WhatsApp miliknya.
Bahkan, bila nomor dikembalikan oleh provider sekali pun, kewaspadaan juga harus ditingkatkan pada smartphone kita. Sebab, mungkin saja nomor telah berisi malware yang bisa mengambil alih gawai pengguna. (asp)
Sumber: Viva