Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menghubungi Pakar Keamanan dan Kriptografi, Pratama Persadha. Dia membantah kalau ada tautan seperti yang diklaim netizen.
Pratama menjelaskan, ketika dicek, tautannya tidak bisa dibuka. Namun, ketika mengubah sedikit link domainnya menjadi www.fbkepo2020.com, maka ada peringatan dari browser bahwa website ini berisi penipuan.
Lebih lanjut, Pratama menyebut itu sangat membahayakan bila diklik orang. Bisa saja, kata Pratama, Facebook milik Anda dibajak oleh orang tidak bertanggungjawab.
"Sebenarnya tidak ada aplikasi atau tautan khusus untuk bisa mengetahui orang yang melihat profile kita di Facebook. Hampir semua aplikasi semacam ini disuruh untuk memberikan password dan email. Jadi nantinya akun Facebook kita bakal ditake over," katanya melalui WhatsApp, Selasa (16/2/2021).
"Pada tautan tersebut, sudah bisa kita liat domain website yang dipakai. Mereka menggunakan domain gratis yang bisa dibuat oleh siapapun.
Penipuan seperti ini banyak sekali di medsos. Penipuan ini sudah banyak terjadi bisa memakai metode phising maupun social engineering," ujar Pratama melanjutkan.
Pratama meminta netizen tidak asal klik klaim seperti itu. Sebab, data pribadi Anda yang berada di Facebook, bisa saja dijadikan untuk bahan penipuan.
"Intinya praktik semacam ini adalah scam untuk mengumpukan password dan email facebook pengguna. Hal semacam inilah yang harus diwaspadai oleh semua pihak. Bahkan ada aplikasi yang sengaja diiklankan oleh pelaku penipuan untuk menarik perhatian para netizen untuk mengklik tautan tersebut."
"Prinsipnya saat ada link mencurigakan dari siapapun, jangan mudah membuka. Bahkan kadang teman atau keluarga di pertemanan Facebook kita mengirimkan link aneh, kita harus curiga bahwa akun Facebooknya telah dibajak dan perlu kita lakukan verifikasi ke orang tersebut," katanya.
Pratama memaparkan, baik Facebook maupun Instagram tidak memberikan izin secara legal pada aplikasi semacam itu.
"Selalu waspada terhadap social engineering dan phising dengan menghindari membuka email dan tautan yang mencurigakan atau berasal dari sumber tidak terpercaya. Jadi kembali lagi, resiko ada pada netizen," ujar Pratama menegaskan.
Kesimpulan