Soal Privasi dan Zoombombing, Ini Tanggapan Pakar Keamanan Siber

img

Zoom menjadi salah satu aplikasi konferensi video paling populer belakangan ini. Namun, aplikasi tersebut dikabarkan tidak aman, celah keamanan pada aplikasi tersebut kerap kali ditemukan. Begitu pula dengan munculnya fenomena Zoombombing yang terjadi beberapa kali di beberapa negara.

Di Indonesia sendiri belum lama ini terjadi pada rapat online Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) lewat aplikasi Zoom ramai diperbicangkan karena ada penyusup yang tiba-tiba melakukan share konten porno.

Menurut pakar keamanan siber dan Chairman lembaga riset siber Indonesia CISSReC (Communication & Information System Security Research Center, Pratama Persadha) zoombombing merupakan bentuk ancaman para pengguna zoom. Para peretas masuk lewat link yang disebarkan maupun celah keamanan yang ada. Sekali masuk, para peretas bisa mengirimkan berbagai file dalam meeting tersebut.

"Baru-baru ini bahkan lebih dari 500 ribu akun zoom termasuk yang berbayar diperjualbelikan di darkweb. Bahkan banyak di antaranya adalah akun yang dimiliki oleh pemerintahan dan korporasi besar," kata Pratama.

Pratama melanjutkan bahwa Zoom sudah mendapatkan berbagai kritikan atas keamanan sejak awal 2020. Ia menambahkan sebenarnya Zoom sudah memberikan update seperti fitur enable waiting room, di mana peserta harus mendapatkan approval terlebih dahulu saat mau masuk ke meeting. Namun fitur tersebut tampaknya belum diketahui sejumlah pengguna.

Ditambahkan Pratama, dengan update nantinya hanya host yang bisa melakukan share screen, sehingga kejadian adanya tayangan porno saat rapat Dewan TIK Nasional tidak lagi terjadi.

“Update dari zoom tidak serta merta menutup semua celah keamanan yang ada. Jadi perlu terus menerus dilakukan test serta cek oleh zoom dan pihak ketiga. Karena peretasan terhadap akun zoom marak dilakukan, artinya ada celah keamanan yang mudah dieksploitasi oleh peretas,” kata dia.

Sumber : okezone.com