Pegawai Garuda Tertipu Puluhan Juta Beli Masker Murah di Bandara Soekarno-Hatta

Ade Fita (25) pegawai Garuda Maintenance Facilities (GMF) tertipu puluhan juta rupiah dikarenakan membeli masker murah.
Ade Fita pun segera melaporkan peristiwa yang dialaminya tersebut ke Mapolresta Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Kapolresta Bandara Soetta, Kombes Adi Ferdian Saputra menjelaskan setelah mendapatkan laporan tersebut pihaknya segera melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Menurutnya awalnya korban membuka aplikasi Instagram dengan akun Sensimask.
"Akun tersebut menjual masker merk Sensi dengan harga murah," ujar Adi saat dijumpai Warta Kota di Mapolresta Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (1/4/2020).
Dalam akun itu menjual 30 karton atau 1.200 boks masker yang hanya dijual seharga Rp. 42 juta.
Korban merasa tertarik dengan penawaran iklan tersebut dan menghungi nomer telepon yang tertera.
"Korban membeli masker ini perorangan karena di tengah wabah corona dan bekerja kesehariannya di bandara," ucapnya.
Kemudian terjadi kesepakatan harga antara korban dan penjual. Korban mentransfer uang kepada penjual itu sebesar Rp. 28 juta untuk DP awal pembayaran.
"Setelah ditransfer, korban janjian bertemu dengan penjual ini. Tetapi penjual itu tidak muncul - muncul sehingga korban melaporkannya ke polisi," ucapnya.
Polisi pun akhirnya melakukan penangkapan terhadap pelaku pada Jumat (27/3/2020). Pelaku merupakan wanita berinisial DA (23).
"Tersangka kami amankan di daerah Bogor. Saat ini masih dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," kata Adi. (dik)
Penipuan Jual Masker Gunakan GOPAY dan OVO Gentayangan di Media Sosial
Wabah Virus Corona membuat kebutuhan masyarakat akan masker sangat besar.
Pada akhirnya ketersediaan masker di apotek maupun di berbagai marketplace menjadi langka dan harganya semakin mahal.
Hal itulah yang dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk melakukan penipuan.
Modusnya menjual masker lewat media sosial namun tidak mengirimnya, atau dalam beberapa kasus yang dikirim adalah bekas maupun bukan masker.
Dalam keterangannya saat dihubungi Wartakotalive.com, Senin (30/3/2020), Pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan masyarakat perlu mewaspadai praktek penipuan ini.
Dalam keadaan panik, masyarakat tanpa pikir panjang melakukan transfer.
“Mereka ini sebagian besar menipu lewat akun media sosial, terutama FB dan Instagram. Memang umumnya mereka memakai rekening bank, namun kini para penipu banyak menggunakan akun GoPay dan OVO,” terang chairman lembaga riset siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini.
“Pelaku memakai GoPay dan OVO karena dua hal, pertama mudah dibuat, cukup dengan email dan nomor seluler, berbeda dengan membuat rekening.
"Artinya identitas bisa dipalsukan. Alasan kedua karena masyarakat yang memakai sangat banyak,” jelasnya.
Bahkan untuk meyakinkan calon korbannya, pelaku membuat nama akun GoPay dan OVO dengan tambahan titel seperti Sarjana Hukum.
Hal ini bisa meyakinkan korban yang kurang mengerti.
“Mungkin pihak GoPay dan OVO bisa membuat fitur pelaporan bila terjadi penipuan.
"Pengetatan juga perlu dilakukan, terutama dengan KTP.
"Memang KTP dibutuhkan saat membuat akun dengan fitur lebih tinggi, namun akun basic hanya email dan nomor telepon saja,” terangnya.
Adanya penipuan masker menggunakan GoPay dan OVO ini juga membuktikan bahwa registrasi nomor Kominfo belum sukses.
Karena tidak ketat, sehingga pendaftaran menggunakan data orang lain masih bisa dilakukan, akibatnya banyak nomor siluman untuk kejahatan seperti ini.
“Agar masyarakat tidak tertipu, pertama memang harganya pasti murah, jangan tergiur.
"Biasanya pelaku berjualan di grup Facebook dan Instagram, seringnya mereka menutup kolom komentar.
"Yang paling penting adalah mereka ini akunnya tidak jelas dan sangat sedikit teman dan interaksi kegiatan media sosialnya,” tegas Pratama. (ABN)
Sumber: Tribunnews