2017, Fokus Keamanan Cyber Diprediksi Akan Meningkat

img

JAKARTA - Pada 2016, Asosiasi Penyelenggara Jasa dan Internet Indonesia (APJII) mencatat ada lebih dari 132 juta pengguna internet di Tanah Air, naik 50% sejak 2015. Meningkatnya penggunaan internet ini mestinya diiringi dengan keamanan juga.

Luasnya cakupan internet dan pertumbuhan smartphone menjadi salah satu faktor penggunaan internet terus meningkat. Kenaikan internet ini sendiri nyatanya juga diikuti dengan beberapa peristiwa yang berkaitan langsung dengan keamanan di dunia maya.

“Tentu 2016 adalah tahun pembelajaran. Aplikasi dan layanan internet lokal harus membuktikan bahwa keamanan juga menjadi perhatian serius. Karena itu di 2017, fokus pada keamanan cyber akan meningkat tajam di semua sektor, terutama perbankan yang mulai mengakrabkan fintech,” ujar pakar keamanan cyber Pratama Persadha dalam keterangan kepada Okezone, Senin (2/1/2017).

Ia menambahkan, pada 2017, pemerintah mestinya memperkuat regulasi untuk memaksa perbankan melakukan updgrade sistem ATM demi keamanan nasabah. Kartu ATM dengan pita magnetic rawa pencurian datanya, belum lagi mesin ATM berbasis Wnidows XP yang sangat rawan karena tidak mendapat dukungan keamanan lagi dari Microsoft.

Selain isu keamanan, di pertengahan sampai pada akhir 2016 isu tentang aplikasi dan layanan internet asing di tanah air juga jadi sorotan. Ini terkait keberadaan raksasa teknologi seperti Google dan Facebook yang belum jelas bentuk dan pembayaran pajak di Indonesia.

“Sebaiknya pemerintah mendorong betul berkembangnya industri aplikasi dan layanan internet buatan dalam negeri. Ini untuk mendorong masyarakat sedikit demi sedikit terlepas dari ketergantungan pada raksasa teknologi asing seperti Google dan Facebook,” terang Chairman lembaga riset keamanan cyber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini.

Fintech Semakin Berkibar di 2017

Fintech (Financial Technology) diprediksi akan semakin berkembang seiring dengan keputusan OJK untuk mengeluarkan regulasi tentang Fintech di akhir 2016. Fintech merupakan platform digital yang memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi.

Ada banyak hal yang bisa dikategorikan ke dalam Fintech, antara lain proses pembayaran, transfer, jual beli saham, investasi online, peminjaman uang secara online, dan sebagainya.

Pakar keamanan cyber Pratama Persadha menjelaskan bahwa fintech akan menjadi primadona di 2017. Menurutnya, fintech akan berkembang sangat pesat seiring semakin luasnya penggunaan internet dan layanan komunikasi lainnya.

“Perkembangan pemakaian fintech di Indonesia cukup bagus. Menurut Survei Fintech Indonesia, perkembangan fintech tanah air sudah mencapai 78% di 2016. Dan sebagian adalah layanan payment, sebesar 43%. Layanan ini akan semakin banyak dan digemari, apalagi anak muda sekarang sudah menjadikan smartphone dan internet sebagai kebutuhan primer,” terangnya.

Meski begitu, menurut Pratama regulasi fintech di Tanah Air ini masih belum jelas dibandingkan dengan negara lainnya, terutama terkait keamanan. Kerena ini menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan ileh nasabah maupun investor.

“Penyedia layanan Fintech harus memberi jaminan keamanan lebih bagi para penggunanya. Karena ini tidak berbeda dengan perbankan yang masih menjadi sasaran para peretas. Salah satu solusinya adalah penggunaan teknologi enkripsi,” jelasnya.

Sementara itu untuk teknologi yang akan mulai banyak digunakan pada 2017 adalah digital signature. Teknologi ini sebenarnya sudah banyak di pakai di luar negeri, utamanya untuk mempermudah melakukan agreement, baik antar swasta, maupun antar pemerintah. Dirinya berharap pemerintah bisa mengadopsi regulasi untuk mendukung Digital Signature dengan segera.