KALEIDOSKOP 2016: Teknologi VR dan AR Terpopuler Sepanjang 2016

img

JAKARTA - Selama 2016, beberapa teknologi telah mulai bermunculan dan diterapkan dalam berbagai perangkat. Contoh saja pemindai sidik jari yang mulai banyak digunakan oleh smartphone masa kini. Namun para pakar dan pengamat teknologi sepakat bahwa teknologi realitas maya atau virtual reality dan augmented reality menjadi yang terbaik selama 2016.

Heru Sutadi, pengamat yang juga sebagai Direktur Eksekutif ICT Institute, mengatakan bahwa augmented reality yang dibawa dalam permainan Pokemon Go menjadi yang terpopuler dan sukses menyedot perhatian masyarakat. Selain itu, ia pun menambahkan bahwa Big Data dapat juga dikategorikan sebagai yang terbaik.

“Teknologi yang menyedot perhatian adalah augmented reality yang cukup sukses dihadirkan game Pokemon Go. Saya pikir ini mainan dengan teknologi yang cukup menyedot perhatian. Selain itu adalah teknologi Big Data yang juga dapat dimanfaatkan untuk menganalisis peristiwa atau informasi yang menjadi perhatian di media sosial,” ungkap Heru.

Senada dengan Heru, Pengamat Multimedia dan ICT Teguh Prasetya juga memiliki jawaban serupa. Menurutnya, teknologi virtual reality dan augmented reality yang kini hadir, banyak digunakan dan sebagai tanda bahwa teknologi tersebut banyak diminati oleh masyarakat.

“Teknologi terbaik 2016 adalah AR (augmented reality) dan VR (virtual reality), di mana di tahun 2016 ditandai dengan maraknya perangkat VR dipasarkan dan juga aplikasi berbasis AR yang digunakan masyarakat,” kata Teguh.

Tak hanya kedua pengamat tersebut, dua tokoh dari sisi gamer pun sepakat bahwa virtual reality layak dijadikan sebagai teknologi terbaik. Menurut Head of Development of Serious Game Agate Studio Aditia Dwipermana mengatakan, hal itu karena VR tak hanya sebagai pembaruan dalam segi visual namun juga bisa dimanfaatkan sebagai alat simulasi.

“Teknologi terbaik untuk industri game Development, menurut saya adalah Virtual Reality, karena memiliki banyak potensi penggunaan seperti untuk game simulasi atau training,” tutur Aditia kepada Okezone.

Ia pun sepakat bahwa virtual reality saat ini telah banyak digunakan dengan ditandai banyaknya kompetisi yang mengangkat topik realitas maya tersebut. “Di Indonesia pun setahun terakhir banyak kompetisi yang mengangkat topik VR,” imbuhnya.

Selain Aditia, Rindradana Rildo yang seorang penggemar berat game pun memiliki pilihan yang sama. Menurutnya, realitas maya dalam bentuk virtual reality mampu menghadirkan pengamalan bermain game yang tergolong baru. Ia pun menilai ke depannya, masih akan terdapat perkembangan mengenai teknologi tersebut.

“VR. Dalam konteks video game, VR menghadirkan gaming experience benar-benar baru dan ke depannya masih banyak potensi yang bisa dieksplorasi,” kata pria yang akrab disapa Rindra tersebut.

Sementara itu, Chairman CISSReC Pratama Persadha sedikit menyinggung soal keamanan siber yang seharusnya sejalan dengan perkembangan teknologi. Menurutnya, di 2016 keperluan untuk mengamankan seluruh perangkat dan sistem akan semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, keamanan siber harus terus berkembang dan diterapkan.

“Teknologi keamanan siber menurut saya terus berkembang dan mempunyai ceruk pasar yang besar. Apalagi di tahun 2016 keperluan untuk mengamankan seluruh perangkat dan sistem semakin besar,” ungkapnya.

“Semakin manusia tergantung dengan teknologi, juga meningkatkan risiko keamanan. Inilah yang mendasar teknologi keamanan siber terus dikembangkan dan diterapkan,” tutup Pratama.