CISSReC Wakili Indonesia Dalam Konferensi Internasional ICACT 2016

img

CISSReC - Semakin tingginya ketergantungan manusia pada teknologi informasi komunikasi memang harus disikapi secara proporsional. The Economist mencatat ada 90 juta serangan cyber di seluruh dunia selama 2015. Sebagian besar serangan tersebut menyasar dunia perbankan dan pemerintahan.

Menyikapi hal tersebut, para peneliti dan pakar keamanan cyber di seluruh dunia berkumpul dalam International Conference on Advanced Communications Technology (ICACT). ICACT sendiri adalah konferensi internasional tahunan dalam bidang komunikasi.

ICACT tahun ini dimulai dari 31 Januari sampai 3 Februari 2016 di PyeongChang, Korea Selatan. Tema yang diangkat pada tahun ini adalah “Komunikasi dan Informasi Untuk Kehidupan Yang Aman.” Dengan tema tersebut diharapkan akan memiliki peran penting serta berkontribusi untuk menjadikan dunia yang lebih pintar dan sejahtera. Lebih dari 250 judul paper peserta akan dipresentasikan dalam acara ini.

Ahli dari berbagai negara ini hadir untuk mempresentasikan hasil pemikiran serta berbagi visi dan misi mereka dalam menyambut era teknologi komunikasi modern. ICACT pertama kali diselenggarakan pada tahun 1999, dan semenjak itu selalu rutin diadakan setiap tahunnya.

Pratama Persadha yang juga Chairman Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) turut hadir sekaligus mewakili Indonesia dalam acara tersebut. Pratama hadir sebagai pembicara yang membahas studi kasus mengenai kesadaran atas keamanan cyber di Indonesia.

“Kesadaran masyarakat Indonesia tentang keamanan cyber sekarang ini sangatlah kurang. Hal tersebut juga bisa berdampak kepada kerentanan terhadap infrastruktur dan aset penting yang dimiliki, seperti sektor pemerintahan, keuangan, kesehatan, transportasi dan sektor lain,” jelasnya.

Melalui paper tersebut Pratama menyampaikan pandangannya dan memberi masukan tentang pentingnya kesadaran keamanan dalam dunia cyber. Memahami keamanan cyber berarti memahami apa yang harus dilakukan untuk menghadapi risiko serangan cyber.

“Sebenarnya tidak hanya Indonesia saja yang masih kurang aware terhadap keamanan cyber, utamanya dalam komunikasi. Sebagian besar negara juga sama,  karena belum mengalami serangan masif seperti Estonia pada 2007,” jelas Pratama.

Pada 2007 Estonia mengalami serangan hacker yang masif. Serangan tersebut mengakibatkan matinya listrik, ATM tak berfungsi dan darurat nasional. Estonia adalah negara paling terdigitalisasi di Eropa. Hampir seluruh aspek kehidupan terintegrasi dalam sistem informasi dan komunikasi oleh negara.