Pemerintah kok Lebih Lirik Balon Google Ketimbang Open BTS?

Jakarta - Lawatan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat berujung pada rencana implementasi balon Google di Wilayah Indonesia. Meski terbilang efektif, rencana ini dikritisi sejumlah pihak dengan alasan keamanan data. Open BTS pun disebut-sebut sebagai alternatif yang paling masuk akal.
Tak tanggung-tanggung Presiden bersama Menkominfo sampai langsung membawa tiga provider besar Telkomsel, XL dan Indosat dalam kunjungannya ke AS untuk membahas rencana tersebut.
Dalam keterangan pers yang diterima detikINET, Selasa (3/11), pakar keamanan cyber Pratama Persadha menjelaskan bahwa dilihat dari aspek teknologi, balon Google atau yang sering juga disebut sebagai Project Loon ini adalah suatu hal yang cukup bagus sekaligus bisa menjadi solusi bagi masalah keterbatasan infrastruktur komunikasi di daerah-daerah yang sulit terjangkau.
Namun di sisi lain project Loon yang dikembangkan oleh asing menyimpan kekhawatiran tersendiri, terutama soal kebocoran informasi.
"Kedaulatan informasi tetap harus menjadi pertimbangan utama. Jangan sampai informasi yang kita miliki bisa dijajah oleh pihak asing, karena sudah jelas ini adalah produk milik asing. Jadi informasi yang ada, bisa saja mereka simpan dan entah digunakan untuk apa," jelasnya.
Ketua lembaga riset keamanan cyber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini menjelaskan bahwa kedaulatan informasi tidak hanya tentang Google Project Loon. Banyak teknologi komunikasi dan informasi yang kita gunakan dimiliki oleh pihak asing, baik itu operator telepon, internet provider, dan juga satelit.
"Bukan berarti menolak teknologi ini, tetapi kita harus paham bagaimana cara mengamankan konten informasi yang kita miliki, misalkan dengan enkripsi. Jadi informasi yang dikomunikasikan itu bisa terlindungi, apalagi jika bersifat strategis dan rahasia," imbuh Pratama.
Masalah yang dihadapi saat ini adalah operator enggan membuka jaringan baru di suatu wilayah yang belum banyak penduduknya. Tingginya biaya yang diperlukan untuk membangun jaringan baru tidak sebanding dengan pendapatan, sehingga akan rugi. Bagaimanapun juga, operator akan mencari untung. Padahal masyarakat yang tinggal di daerah terpencil pun sama dengan yang tinggal di perkotaan. Mereka juga membutuhkan teknologi komunikasi dan informasi yang bisa mempermudah hidup mereka. Hal inilah yang mendasari niat pemerintah menjalankan Google Loon.
"Sebenarnya teknologi Open BTS cukup murah jika dibandingkan dengan BTS yang dimiliki oleh operator, ini bisa juga menjadi solusi. Namun permasalahannya kembali pada regulasi ataupun frekuensi yang digunakan. Pemerintah seharusnya bisa mencoba terlebih dahulu teknologi ini di daerah pedalaman atau perbatasan, efektif atau tidak," terangnya.
Pratama menambahkan Indonesia sudah 70 tahun merdeka, tetapi belum mempunyai satelit yang 100% dikontrol oleh kita sendiri. Padahal satelit ini sangat efektif untuk menyebarkan informasi ataupun membuat jaringan sendiri. Seharusnya pemerintah bersama Komisi I DPR sudah memikirkan bagaimana membuat satelit yang memang 100% milik kita sendiri.