Indonesia Masih Jadi Lokasi Favorit Pelaku Kejahatan Cyber

img

Rimanews- Sekali lagi Indonesia terbukti menjadi surga bagi kejahatan transnasional. Baru-baru ini Polda Metro Jaya bekerja sama dengan Polisi Taiwan berhasil meringkus 90 lebih warga negara China dan Taiwan yang terlibat kejahatan pemerasan.

Modusnya para pelaku yang berada di Indonesia langsung menelpon dan mengontak target yang rata-rata pejabat di negeri Tiongkok. Yang mengejutkan, Yakuza Jepang turut membantu operasi kejahatan ini.

Pakar keamanan cyber, Pratama Persadha menilai wilayah Indonesia menjadi lokasi favorit para pelaku kejahatan cyber karena masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan.

"Imigrasi yang kurang ketat membuat mereka mudah masuk. Namun yang paling rawan adalah penipuan lewat telepon maupun internet susah dideteksi di Indonesia," jelasnya.

Ditambahkan olehnya aparat masih kesulitan untuk melakukan deteksi awal kejahatan semacam ini karena belum adanya lembaga yang khusus mengawasi cyberspace Indonesia juga memperparah keadaan.

"Kejahatan semacam ini sulit dideteksi sampai ada laporan kegiatan mencurigakan dari warga maupun ada kerjasama dengan polisi negara lain," tambah Pratama.

Chairman lembaga riset keamanan cyber CISSReC (Communication and Information Sysem Scurity Research Center) ini menjelaskan bahwa pemerintah nantinya bisa fokus pada pengawasan wilayah cyber maupun telekomunikasi. Wilayah tersebut menjadi incaran serius para pelaku karena prasarana dan sistem keamanan di Indonesia yang belum siap.

"Contohnya saat ini orang dengan mudah membeli informasi nasabah untuk membobol ATM, yang tak lain adalah hasil skimming. Belum lagi ternyata para pelaku kejahatan cyber bisa beroperasi dari penjara, karena adanya akses internet. Jadi masih banyak perbaikan yang harus dilakukan," jelas Pratama.

Banyaknya celah dan kekurangan diharapkan bisa segera diperbaiki oleh aparat dengan dukungan penuh pemerintah.

"Kita tentu berharap orang asing masuk Indonesia untuk wisata maupun urusan bisnis, bukan melakukan kejahatan. Pemerasan dari Indonesia hanya salah satu contoh, masih ada pembobolan ATM maupun kartu kredit yang dilakukan warga asing di Indonesia," tegasnya.

Tahun 2015 ini memang beberapa kali warga asing ditangkap karena melakukan kejahatan cyber dari wilayah Indonesia. Di Bali beberapa warga dari Eropa Timur ditangkap karena melakukan pembobolan ATM milik warga Eropa dan Amerika Seriakt yang sedang berlibur. Lalu ada juga penengkapan 30 warga China di kawasan Cilandak Jakarta Selatan dengan dugaan melakukan pemerasaan dan kejahatan kartu kredit.

"Salah satu yang menjadikan Indonesia sebagai lokasi favorit kejahatan cyber adalah prasarana perbankan yang kurang aman. Misalnya lebih dari 80% mesin ATM di Indonesia masih memakai Windows XP, padahal Microsoft sudah menghentikan dukungan keamanannya," terang Pratama.