Industri IT Lokal Benteng Kedaulatan Informasi RI

img

JAKARTA - Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) mengungkapkan kedaulatan informasi di Indonesia dapat diwujudkan oleh industri IT lokal. Produk IT dalam negeri dinilai lebih aman dan dipercaya dibanding produk asing.

Ketua Lembaga Riset Keamanan Cyber CISSReC, Pratama Persadha mengatakan, pemerintah selayaknnya fokus dan serius menghadapi tantangan keamanan cyber yang semakin nyata. Bahkan, pemerintah perlu mengambil sikap ekstrem dalam mewujudkan kedaulatan informasi di dunia cyber.

"Kedaulatan informasi di Indonesia bisa diwujudkan dengan industri IT lokal yang kompetitif. Selanjutnya, pembangunan infrastruktur sistem informasi dan komunikasi menggunakan buatan lokal, serta memakai tenaga dalam negeri," jelasnya.

Menurut Pratama, produk dalam negeri ini bisa lebih dipercaya dibanding produk asing. "Bila sudah masuk pada hal sensitif dan penting, pemerintah sebaiknya memakai produk dalam negeri. Jangan sampai terulang kasus e-KTP," ungkap mantan Ketua Tim Pengamanan IT KPU ini.

Kemampuan IT dalam negeri tidak bisa dipandang remeh. Pada pertengahan Maret lalu, 12 perusahaan Indonesia dalam wadah Indoglobit yang mengikuti pameran IT terbesar di dunia CeBIT 2015 cukup mengagetkan Eropa.

Kemampuan membangun teknologi informasi dan komunikasi mereka tidak bisa dipandang remeh. Bahkan, beberapa teknologi keamanan sistem informasi dan komunikasi yang dipamerkan mampu menyedot perhatian pengunjung yang hadir.

Menurutnya pemerintah harus memberi ruang dan mendorong industri IT lokal berkembang. "Jangan sampai gegap gempita dunia cyber Indonesia malah dinikmati asing karena semua layanan dan infrastruktur mereka yang kuasai," tandasnya.

Kedaulatan informasi menjadi isu penting tahun ini. Dalam gelaran CeBIT 2015, mantan kontraktor intelejen NSA (National Security Agency) Edward Snowden menyampaikan meningkatnya kegiatan pengintaian cyber disebabkan oleh semakin massifnya negara-negara menghimpun informasi dari internet.

Snowden terkenal setelah diburu Amerika Serikat (AS) karena membocorkan banyak kegiatan penyadapan terhadap negara lain dan warganya sendiri.

Indonesia sendiri memiliki jumlah pemakai internet lebih dari 80 juta orang. Namun, aktifnya pemakaian internet di Tanah Air belum bisa diimbangi keamanan yang memadai. Prasarana yang ada belum fokus pada keamanan para pemakai.

Contoh nyata adalah pencurian dana nasabah di tiga bank besar sebesar Rp130 miliar. Menurut Bareskrim Polri, pelakunya adalah warga asing dari daratan Eropa. Modus yang dipakai adalah memberikan software palsu yang diinstal di komputer. Sehingga saat korban mentransfer, rekening tujuan dibelokkan ke rekening mereka.