Inilah Kemungkinan Sistem yang Digunakan Luhut Cs untuk Sedot Data KPU

RMOL. Mantan Tim IT KPU, Pratama D Persadha, membeberkan beberapa teknologi yang mungkin digunakan Luhut Panjaitan untuk menyedot data KPU hasil Pemilihan Presiden 2014.
Penyedotan data tersebut disampaikan sebelumnya oleh politikus Partai Nasdem Akbar Faisal. Akbar dan Luhut merupakan sama-sama pendukung Jokowi pada Pilpres lalu.
Pratama D Persadha mengungkapkan, di antaranya Tim Luhut kemungkinan menggunakan GSM intercept. Alat ini biasanya digunakan untuk menyadap semua komunikasi yang biasanya ada dalam radius 1 kilometer.
"Jadi ini bisa menyadap semua isi telepon dan SMS ketua kpu, tim IT KPU, wartawan KPU. Tapi data IT KPU tidak menggunakan GSM," kata Pratama dalam diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (23/4).
Teknologi kedua yang mungkin digunakan Luhut adalah Wifi Intercept. Alat ini biasanya digunakan untuk mengambil semua data yang menggunakan Wifi. Menurut Pratama, tim IT KPU tidak mungkin dengan mudahnya membuka jaringan Wifi yang dimilikinya ke publik.
"Memang ada alat khusus cracking password untuk masuk ke dalam Wifi dan bisa lakukan penetrasi di dalamnya. Tapi IT KPU punya sistem sendiri. Lagian data KPU itu ratusan ribu Terrabyte. Butuh 3 minggu kalau mau penetrsi lewat Wifi," kata pendiri Communication and Information System Security Research (CISSReC) Pratama D Persadha
Tekonlogi ketiga adalah internet intercept. Alat ini biasanya melakukan penetrasi dengan membajak IP Adrees KPU. Menurut Pratama hal ini memang paling mungkin dilakukan, namun tetap masih bisa terbantahkan karena jika bicara pergitungan suara, KPU masih menggunakan cara manual.
"Jadi IT KPU kemarin sebetulnya tidak banyak dipakai untuk menghitung total suara secara nasional mulai dari C1 sampai tahap akhir. Makanya lama. Saya yakin hasil suara pilpres 2014 lalu itu legitimate," tegas mantan elit Lembaga Sandi Negara ini.
Langkah terakhir yang mungkin dilakukan Luhut Cs adalah menggunakan cara yang dilakukan didalam dunia intelijen atau dikenal dengan inject exploit (trojan).
Namun cara ini dibutuhkan keterlibatan orang dalam KPU karena harus membawa alat seperti flashdisk yang kemudian dipasang di alat server KPU. "Kalau ini berarti ada pengkhianat di KPU. Tapi karena saya ketua IT KPU-nya saya tidak yakin mereka mau pertaruhkan harga diri mereka untuk itu," ungkapnya.
Ditambah lagi, Pratama menegaskan dirinya kenal dengan tim IT yang berkerja bersama Luhut Panjaitan. Pasalnya anak buah Luhut merupakan anak buah Pratama saat di Lemsaneg. "Saya kenal kemampuan anak buah Luhut. Makanya saya yakin tidak bisa mereka lakukan penyedotan.
Apalagi, dia tahu bagaimana server data KPU itu dibedakan dengan server publik. "Secara teknis pencurian data KPU sulit dilakukan," tandasnya. [zul]